Dinilai Tebang Pilih, Masyarakat Soroti Kinerja Polres Asahan

oleh -360 views
oleh
Dinilai Tebang Pilih, Masyarakat Soroti Kinerja Polres Asahan
Dinilai Tebang Pilih, Masyarakat Soroti Kinerja Polres Asahan
banner 950x300

Satya Bhakti Online.com | ASAHAN –

Dengan tidak mengurangi apresiasi atas kinerjanya yang salah satunya merazia dan menutup semua tempat perawatan tubuh dengan media air atau yang dikenal dengan sebutan SPA (Solus Per Aqua) yang dalam hal ini diduga dijadikan tempat perzinahan itu, mendapat soroton dari warga masyarakat yang dalam hal ini meniliai kinerja aparat Polres Asahan tersebut “tebang pilih”.

Pasalnya, dari sekian banyak SPA yang dirazia Polres Asahan, Jumat 20 Januari 2023 tengah malam itu, hanya 1 SPA yang langsung ditutup dan di pasang “police line”.

Terkait itu, kepada wartawan, Kapolres Asahan (AKBP Roman Smaradhana Elhaj) membantah keras atas penilai masyarakat yang menilai Polres Asahan “tebang pilih” dalam bertugas.

Menanggapi penutupan dan pemasangan “police line” pada salah satu SPA yakni SPA “Riama”, Kapolres Asahan mengungkapkan, penutupan dan pemberian “police line” dilakukan karena dinilai sudah memenuhi unsur yakni dengan ditemukannya dugaan tindak pidana yang terjdi di SPA tersebut.

Atas temuan dugaan tindak pidana itu, Kapolres Asahan menuturkan, personil yang saat itu melakukan razia di SPA tersebut, membawa 5 karyawan dan 1 tamu pengunjung.

Untuk informasi lanjut, Kapolres Asahan meminta menunggu press relis yang akan di bagikan.

Sementara itu,  dengan tidak ingin namanya disebutkan, salah seorang pekerja SPA “Riama” mengaku “angkat jempol” atas kinerja aparat Polres Asahan yang melakukan razia di beberapa SPA yang ada di Asahan, khususnya di Jalan Ruko Graha, Terminal Madya, Kisaran.

Namun, pekerja SPA itu juga mengaku, dirinya sangat kecewa atas kinerja Polres Asahan itu.

Pasalnya, ungkap pekerja SPA itu, dari sekian banyak SPA yang dirazia, hanya 1 SPA yang ditutup dan dipasang “police line” oleh Polres Asahan.

Padahal, ungkap pekerja SPA itu, ada beberapa SPA yang lokasinya berdekatan dengan SPA “Riama”, seperti SPA “Planet”, SPA “Lady”, SPA “Districk”, SPA “Ada”, SPA “Station” dan lain sebagainya.

Herannya, ungkap pekerja SPA itu lagi, saat dirazia, kenapa hanya SPA “Riama” yang ditutup dan dipasang “police line” oleh Polres Asahan itu.

Selanjutnya, di tempat terpisah, seorang Pendeta Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) meminta agar Polres Asahan  tidak membuat kecewaan yang kesemuanya berdampak kepada tingkat kepercayaan dan kecintaan warga masyarakat Asahan kepada Polri, khususnya Polres Asahan.

Terkait razia ke tempat SPA itu, Pendeta GPdI yang diketahui bernama Pdt. Markus Sianipar, MTh itu menilai, dengan hanya menutup dan memasang “police line” 1 SPA dari sekian banyak SPA yang dirazia itu, Polres Asahan telah membuka ruang opini bagi warga masyarakat Asahan.

Untuk itu, kepada Kapolres Asahan, Pendeta GPdI yang dalam hal ini seorang anggota Badan Musyawarah Antar Gereja (Bamag) Kabupaten Asahan meminta agar seluruh SPA yang ada di Asahan.

Dalam hal ini, Pendeta GPdI menilai, tidak menutup kemungkinan seluruh SPA yang ada itu, diduga hanya sebagai kedok untuk melakukan tindak pidana, khususnya penyakit masyakat.

Untuk itu, mengakhiri urainnya itu, kepada Kapolres Asahan, Pendeta GPdI itu kembali meminta agar memerintahkan seluruh personilnya untuk menutup seluruh SPA yang ada di Asahan. ***

Jurnalis : Agustua Panggabean

Editor/Publish : Antonius Sitanggang

 

Renungan :

“Hidup ini hanya sekali dan peluang itu juga sekali munculnya, keduanya tidak datang dua kali.”

banner 950x300 banner 950x300
Bagikan ke :