Anggota Komisi IV DPRD Sumbar Dengar dan “Angkat Bicara” Soal Jeritan Petani di Pasaman

oleh -331 views
oleh
Foto : Khaharudin-Simanjuntak-anggota-Komisi-IV-DPRD-Sumbar
banner 1000x200
  • Foto : Anggota Komisi IV DPRD Provinsi Sumbar, Khairuddin Simanjuntak

    Harga Jual Hasil Tanam Turun Anjlok

  • Harga Pupuk Melambung Tinggi

SATYA BHAKTI OLINE – PASAMAN (SUMBAR) |

Hingga kini, petani khususnya di Kecamatan Dua Koto, Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) masih menjerit soal anjloknya harga hasil pertanian dan melambungnya harga pupuk yang kesemuanya itu dikhawatirkan petani di Pasaman akan gulung tikar alias bangkrut.

Menanggapi itu, Khairuddin Simanjuntak, seorang anggota DPRD Provinsi Sumbar, “angkat bicara”.

Foto : Anggota Komisi IV DPRD Provinsi Sumbar, Khairuddin Simanjuntak

Saat itu, Senin 22 Agustus 2022 kepada wartawan SATYA BHAKTI ONLINE melalui pesan singkat, Khairuddin Simanjuntak yang “duduk” di Komisi IV DPRD Provinsi Sumbar yang membidangi Pembangunan dan Badan Anggaran itu mengaku anjloknya harga jual hasil pertanian dan melambungnya harga beli pupuk membuat kita (DPRD Sumbar, red) prihatin.

Sedangkan harga-harga kebutuhan masyarakat di luar komoditi pertanian, tutur anggota Komisi IV DPRD Provinsi Sumbar itu,  melonjak naik yang kesemuanya itu nantinya dikhawatirkan akan menimbulkan terjadinya inflasi yang salahsatunya dikarenakan harga-harga pertanian yang anjlok ini berbanding terbalik dengan harga harga pupuk non subsidi yang menaik tajam.

Ironisnya, ungkap anggota DPRD Sumbar dari Daerah Pemilihan(Dapil) Kabupaten Pasaman dan Pasaman Barat itu, obat-obatan (peptisida) dan pupuk subsidi sangat langka ditemui para petani.

Untuk itu, kepada pihak pihak yang berkompeten, anggota Komisi IV DPRD Provinsi Sumbar itu mengharapkan agar kiranya dapat menstabilkan kembali harga hasil pertanian para petani sebagaimana saat waktu sebelumnya.

Terkait langkanya pupuk bersubsidi dan peptisida, kepada pemerintah, anggota Komisi IV DPRD Provinsi Sumbar meminta agar menstabilkan kembali harga beli dan ketersediaan pupuk bersubsidi dan peptisida sebagimana waktu sebelumnya.

Apabila pupuk bersubsidi dari pemerintah susah didapatkan, Khairuddin Simanjuntak menilai pedagang pupuk non-subsidi akan membuat harga sesuka hati, karena mereka (pedagang pupuk non-subsidi, red) menganggap mau tidak mau para petani tetap akan membeli juga walaupun harganya mahal.

Sebaliknya, ungkap Khairuddin Simanjuntak, apabila pupuk subsidi dari pemerintah masih ada dan tidak langka, maka pedagang pupuk non subsidi tidak bisa sesuka hatinya membuat harga.

Sementara itu, seorang petani yang mengaku bernama Janten (50) warga Jongkong mengaku sangat menjerit dengan mahalnya harga beli pupuk non-subsidi dan anjloknya harga jual hasil pertanian.

Terkait ketersediaan pupuk subsidi dari pemerintah, Janten mengaku masih ada, tapi agak langka.

Untuk mendapatkan dan membeli pupuk subsidi yang ketersediaannya agak langka itu, Janten mengeluhkan, tidak semua petani dapat membeli pupuk subsidi itu.

Ironisnya lagi, ungkap Janten, untuk mendapatkan dan membeli pupuk subsidi yang ketersediaannya agak langka itu, petani itu harus  terdaftar di kelompok tani dan harus ada RDKK.

“Itupun, petani tidak dapat setiap saat dapat mengambil dan membeli pupuk subsidi itu dan harus melaui proses yang panjang dan membingungkan,” keluh Janten.

Terkait pembelian pupuk subsidi, Janten mengaku, selain terlebih dahulu terdaftar di kelompok tani, selanjutnya kelompok tani mengajukan kebutuhan para petani yang merupakan anggota baru di kelompok tani itu kepada distributor pupuk.

Selain itu, tutur Janten, saat mengambil pupuk subsidi itu, harus langsung diambil petani yang bersangkutan dan menandatangani secara online.

Sementara itu, terkait pemakaian dan kebutuhan pupuk subsidi, Janten menuturkan, misalnya pupuk subsidi kita (petani, red) pakai sebanyak 40 kg, sama halnya dengan kita (petani, red) pakai pupuk non-subsidi sebanyak 20 kg.

Dalam hal ini, Janten mengungkapkan,  bukan harga pupuk non-subsidi saja yang mahal, tetapi harga peptisida juga melambung tinggi.

“Sedangkan harga hasil pertanian para petani, saat ini anjlok atau jauh lebih murah dari sebelumnya,” ungkap Janten.

Untuk itu, Janten juga sangat berharap agar harga pupuk non subsidi bisa kembali normal seperti biasanya.

“Pupuk subsidi jauh lebih bagus dibandingkan dengan pupuk non subsidi,” pungkas Janten. (***)

Penulis : Eddi Gultom

Editor/Publish : Antonius Sitanggang

Renungan :

“Jangan kuatir mengenai hari esok. Karena itu, jangan buang-buang waktu. Tidak ada gunanya.”

banner 950x300 banner 950x300
Bagikan ke :